Pulau Simeulue merupakan pulau terbesar dari 41 pulau di kawasan itu. Pulau ini memanjang hingga 100,2 kilometer dan lebarnya 8 kilometer sampai 28 kilometer. Luas Pulau Simeulue mencapai 199.502 hektar.
Untuk mencapai Simeulue, Anda dapat menggunakan pesawat terbang dari Jakarta ke Medan sekitar 2 jam dengan harga tiket Rp 600.000-Rp 1 juta. Kemudian berlanjut terbang dari Medan ke Sinabang, ibu kota Simeulue, menggunakan pesawat jenis cessna atau foker bertiket Rp 500.000-Rp 750.000. Waktu tempuh Medan-Simeulue saat cuaca cerah 1 jam dan 10 menit.
Bila Anda memiliki waktu luang dan ingin menikmati jalur darat dan laut, cobalah menggunakan kapal feri. Tapi harus melewati Tapak Tuan dengan jarak tempuh sekitar 12 jam dari Medan. Kemudian naik feri yang butuh waktu 8 jam menuju Simeulue.
Tarifnya lebih murah, yakni Rp 75.000. Jalur feri juga cocok bagi Anda yang menyewa atau membawa mobil dari Medan. Di Simeulue tidak ada angkutan umum, selain becak motor. Untuk keliling pulau, pelancong dapat menyewa mobil bertarif Rp 350.000 atau sepeda motor Rp 75.000-Rp 100.000 per hari.
Surga Peselancar
Bagi para peselancar, Pulau Simeulue adalah surga. Ombak dengan ketinggian 5 meter, laut bersih, dan langit cerah menjadi idaman banyak peselancar. Apalagi, Simeulue belum banyak dikunjungi orang sehingga membuat peselancar leluasa menyalurkan hobinya.
Itulah yang diakui John May, pelacong asal Selandia Baru. ”Alam masih natural dan bersih. Saya lebih suka di sini daripada Bali meskipun di Bali lebih mudah mencari penginapan,” ujarnya.
Dia menilai, jika Pemerintah Kabupaten Simeulue mampu mempromosikan keindahan alamnya secara bagus, akan banyak pelancong yang tergiur datang. Keindahan alamnya tidak kalah menarik dibandingkan dengan Bali atau Lombok.
Setidaknya ada delapan lokasi yang strategis untuk berselancar, yakni pantai Nancala, Matanurung Busung, Alus-alus, Salur, La’ayon, Pulau Batu Berlayar, Pulau Mincau, dan Pulau Teupah.
Pelancong yang belum ahli berselancar bisa juga menikmati keindahan laut dengan snorkeling. Lokasinya hampir di semua pantai di Simeulue. Lokasi yang menjadi andalan antara lain Pulau Si Umat, Teupah Barat, Simeulue Timur dan Simeulue Cut
Laut Simeulue juga menggoda pelancong untuk menyelam atau memancing. Tak sedikit pelancong yang khusus datang ke Simeulue untuk mendapatkan sensasi memancing ikan-ikan ukuran besar. ”Sering ada stasiun televisi yang mengambil gambar di Simeulue dalam acara memancing, termasuk trans7 acara "mancing mania " yang telah dua kali menginjak pulau mungil ini. Mereka mengakui mancing di Pulau ini sangat menantang. Sebab, banyak ikan-ikan seperti ikan layaran banyak ditemui di Pulau ini.
Semenjak diadakannya "Event Surfing Di Simeulue" yang dikenalkan Aceh kedunia International, sangat banyak pendatang-pendatang luar yang mulai tertarik dengan pulau ini. Mereka datang dari Australia, Afrika, Belanda, Jerman, Kanada, Malaysia, dan Singapura serta tinggal di Simeulue selama sepekan sampai dua pekan.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Simeulue Ir Sukoco Erwan mengatakan, untuk Januari-April, wisatawan mancanegara yang datang ke Simeulue mencapai 30 orang per bulan. Jumlah itu meningkat sampai 70 orang per bulan pada bulan Mei sampai Desember.
Menurut Sukoco, keindahan alam Simeulue memang menjanjikan. Untuk itu, dia ingin sekaligus mempromosikan budaya masyarakat Simeulue agar semakin dikenal dunia. Usaha itu masih minim respons dari pemerintah pusat.
Sukoco telah mengusulkan dibangun museum tsunami, perpustakaan, dan tugu smong, namun tak mendapat tanggapan yang bagus dari pemerintah pusat. Smong merupakan cerita turun-temurun dari leluhur masyarakat Simeulue tentang peringatan dini tsunami. Cerita smong yang menyelamatkan ribuan warga Simeulue ketika tsunami hebat melanda Aceh dan sekitarnya pada akhir 2004.